Medium Girder Bridge: Jembatan Taktis Andalan Zeni Tempur TNI AD
By
Moh Wahyudi
Truk Militer
0
komentar
Dalam gelaran operasi militer, laju gerak ranpur dan rantis kerap membutuhkan dukungan dari satuan zeni. Semisal jembatan di suatu wilayah telah rusak atau hancur oleh gempuran lawan, atau bisa juga memang ada medan berat yang merintang, seperti sungai dan ceruk yang dalam, maka solusinya adalah keberadaan jembatan darurat atau kerap disebut jembatan taktis militer.
Boleh jadi, satuan kavaleri dapat mengatasi rintangan dengan hadirnya tank jembatan yang melekat secara mandiri di tingkat batalyon. Tanpa harus mendapat dukungan dari satuan zeni, satuan tank dan panser dapat melintasi medan cerukan yang dalam dengan wahana berjenis AVLB (armored vehicle launched bridge), dalam bahasa lain sering disebut tank bridgelayer, atau tank penggelar jembatan. Sejak generasi tank ringan AMX-13, TNI AD sudah mengenal yang namanya tank jembatan, sebut saja AMX-13 AVLB, Stormer AVLB, dan yang akan datang Leopard 2A4 AVLB. Meski dapat digelar cepat dan praktis, tapi jembatan yang dapat digelar punya keterbatasan, terutama pada panjang bentang jembatan. Ambil contoh, dalam tempo 5 menit, Stormer AVLB bisa menggelar jembatan sepanjang 15 meter. Sementara Leopard 2A4 AVLB bentang jembatannya mencapai 22 meter. Persoalannya, bagaimana bila yang dibutuhkan jembatan dengan panjang lebih dari kemampuan AVLB?
Mau tidak mau agar operasi dapat mencapai target diperlukan aksi dari satuan zeni. Untuk urusan yang satu ini, korps zeni mengandalkan dua tipe jembatan darurat, yaitu jembatan ponton (pontoon bridge) dan jembatan Bailey (Bailey bridge). Jembatan ponton merupakan penggabungan dari wahana apung yang dideretkan membentuk jalur yang bisa dilewati manusia maupun kendaraan dengan bobot maksimum tertentu. Wahana tersebut bisa berupa perahu, tongkang atau drum/silider yang kedap air. Di kedua ujung sistem pontoon, wahana apung terakhir ditambatkan dengan penambat sehingga keseluruhan badan jembatan tidak bergeser akibat arus sungai.
Satunya lagi adalah jembatan Bailey, tidak lain adalah jembatan darurat tipe rangka (tuss bridge) seperti banyak dijumpai pada umumnya. Bedanya jembatan Bailey mampu diangkut ke lokasi yang membutuhkan serta bisa digelar dengan cepat, bahkan lebih cepat ketimbang jembatan ponton. Namum minusnya, lebar jembatan Bailey cenderung terbatas, biasanya hanya memuat satu jalur untuk kendaraan.
Medium Girder Bridge (MGB)
Dalam pengembangan teknologi jembatan darurat, pada tahun 1971 Inggris memperkenalkan yang namanya Medium Girder Bridge (MGB). MGB merupakan jembatan taktis militer sedang yang berfungsi untuk menyeberangkan material maupun dukungan logistik yang pemasangannya sangat praktis dan mempunyai daya dukung yang besar dan mampu menahan beban yang melintas diatasnya dengan kapasitas 60 Ton. Selain daya sanggah yang besar, MGB digadang mudah dalam perawatan serta konstruksinya mudah dibongkar pasang.
Dalam pengembangan teknologi jembatan darurat, pada tahun 1971 Inggris memperkenalkan yang namanya Medium Girder Bridge (MGB). MGB merupakan jembatan taktis militer sedang yang berfungsi untuk menyeberangkan material maupun dukungan logistik yang pemasangannya sangat praktis dan mempunyai daya dukung yang besar dan mampu menahan beban yang melintas diatasnya dengan kapasitas 60 Ton. Selain daya sanggah yang besar, MGB digadang mudah dalam perawatan serta konstruksinya mudah dibongkar pasang.
Karena reputasinya, jembatan MGB sudah banyak dipakai oleh angkatan bersenjata di seluruh dunia seperti Inggris, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO lainnya. Total 38 negara telah menggunakan MGB, termasuk Indonesia yang mengoperasikan MGB sebagai elemen kekuatan Yon Zipur (Zeni Tempur) 9 Para/Kostrad. Yon Zipur 9 yang bermarkas di Ujung Berung, Jawa Barat ini pernah menampilkan MGB dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013 di Lapangan Monas. Saat itu MGB Single Storey ‘dinaiki’ satu unit tank ringan AMX-13.
Unit MGB mempunyai berat yang lebih ringan ketimbang jembatan Bailey dan pastinya lebih mudah diangkut dan bisa beradaptasi. Hebatnya lagi, MGB dapat dipasang oleh satu peleton satuan Zeni. MGB tidak memerlukan pembatas yang permanen sehingga dapat mengakomodasi kendaraan yang mengangkut barang yang lebih lebar dari pada kendaraan itu sendiri, dan apabila dibutuhkan dapat dipasang jembatan lagi berdampingan disamping jembatan yang sudah ada.
MGB punya batang-batang penyusun yang dibuat secara prefabrikasi, dalam arti telah dibuat sebelumnya. Setiap batang dibuat standar yaitu hanya beberapa tipe ukuran saja. Jembatan ini memanfaatkan pembagian/distribusi gaya akibat beban yang dipikul melalui batang-batang baja yang disusun beraturan yang hasil akhirnya secara keseluruhan membentuk semacam kerangka (frame) saling tersambung dengan baut. MGB memiliki kerapatan antar batang penyusun rangka yang cukup rapat. Lebar jembatannya pun tidak bisa terlalu lebar, umumnya cukup untuk sejalur kendaraan berat atau tank. Berkat sifatnya yang modular dan perfebrikasi, MGB mampu disusun cepat. Bagian-bagian jembatan mampu digotong beberapa prajurit saja. Kalaupun diperlukan derek untuk mengangkat bagian yang cukup berat, crane lapangan seperti tersedia pada beberapa tipe CEV (combat engineer vehicle) sudah cukup memadai. Penasaran dengan seberapa cepat MGB dapat dipasang, simak demo pemasangan MGB yang dilakukan prajurit zeni AD Inggris pada video dibawah ini, pengerjaan MGB Single Storey hanya membutuhkan waktu 8 menit 59 detik.
Seluruh komponen jembatan menggunakan bahan berkualitas terbaik terbuat dari high tensile steel pins yang dibuat dari metal aerospace aluminium–zinc –magnesium alloy sesuai dengan standar NATO. Dalam gelaran MGB, ada beberapa opsi yang digunakan Zeni TNI AD, diantaranya:
1. MGB Single Storey
Ini merupakan MGB dengan satu tingkat, menggunakan satu panel bagian atas (top). Single Storey punya bentang maksimum hingga 9,8 meter. MGB Single Storey dapat menahan beban hingga 70 ton. Jembatan ini dapat dibangun oleh 9 hingga 17 prajurit zeni.
Ini merupakan MGB dengan satu tingkat, menggunakan satu panel bagian atas (top). Single Storey punya bentang maksimum hingga 9,8 meter. MGB Single Storey dapat menahan beban hingga 70 ton. Jembatan ini dapat dibangun oleh 9 hingga 17 prajurit zeni.
2. MGB Double Storey
Ini merupakan MGB dengan dua tingkat plat, menggunakan top dan bottom panel. Dari segi daya, beban yang bisa ditahan hingga 70 ton. Namun, karena memakai dua panel plat, bentang maksimumnya lebih jauh dari Single Storey, yaitu hingga 31,1 meter. Normalnya MGB Double Storey dapat disiapkan oleh 25 prajurit.
Ini merupakan MGB dengan dua tingkat plat, menggunakan top dan bottom panel. Dari segi daya, beban yang bisa ditahan hingga 70 ton. Namun, karena memakai dua panel plat, bentang maksimumnya lebih jauh dari Single Storey, yaitu hingga 31,1 meter. Normalnya MGB Double Storey dapat disiapkan oleh 25 prajurit.
3. MGB Double Storey with Link Reinforcement Set (LRS)
Serupa dengan MGB Double Storey, namun ditambahkan rangka penguat pada bagian bawah. Karena rancangan dan strukturnya lebih rumit, maka untuk membangun jembatan ini membutuhkan 34 prajurit. MGB Double Storey LRS punya bentang hingga 49,4 meter. Dengan bentang yang lebih panjang dari Single Storey dan Double Storey, kapasitas bebannya melorot jadi 60 ton.
Serupa dengan MGB Double Storey, namun ditambahkan rangka penguat pada bagian bawah. Karena rancangan dan strukturnya lebih rumit, maka untuk membangun jembatan ini membutuhkan 34 prajurit. MGB Double Storey LRS punya bentang hingga 49,4 meter. Dengan bentang yang lebih panjang dari Single Storey dan Double Storey, kapasitas bebannya melorot jadi 60 ton.
Dengan spesifikasi diatas, maka tak ada kesulitan bagi MGB untuk dilintasi aneka tank ringan milik TNI AD dan TNI AL. Tapi yang jadi perhatian adalah saat MGB nantinya dilintasi MBT (Main Battle Tank) Leopad 2A4. Dari lebar jembatan yang empat meter, masih dirasa oke. Tapi dari segi daya tahan harus jadi perhatian, MGB Single dan Double Storey masih aman dilintasi Leopard 2A4 yang bobotnya diatas 62 ton. Namun MBT Leopard 2A4 TNI AD rasanya tidak cocok bila harus melintasi MGB Double Storey LRS.
MGB dapat diangkut melalui air dengan menggunakan Plat bed Truck yang dimobilisasi dengan Ferry Bridge Ponton, dan melalui udara dengan heli angkut berat sekelas Chinooks. Untuk jalur darat, komponen MGB bisa dibawa dengan truk. Yon Zipur 9 Para yang personelnya punya kemampuan Linud (Lintas Udara) dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013 turut menampilkan truk pengangkut material MGB, yaitu dari jenis Iveco ADN380T38H. Truk buatan Italia yang dirakit di Spanyol ini punya kapasitas mesin 13.000 cc dengan bobot keseluruhan 38 ton. Untuk memudahkan loading dan unloading material, truk ini juga dilengkapi dengan perangkat crane. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Teknis
Mempunyai daya sanggah yang besar
Mudah dalam perawatan.
Konstruksinya mudah dibongkar dan dipasang
Panjang bentangan : 49,4 meter.
Lebar keseluruhan : 4 meter.
Lebar Deck unit : 2,76 meter.
Berat material : 36,2 ton.
Mempunyai daya sanggah yang besar
Mudah dalam perawatan.
Konstruksinya mudah dibongkar dan dipasang
Panjang bentangan : 49,4 meter.
Lebar keseluruhan : 4 meter.
Lebar Deck unit : 2,76 meter.
Berat material : 36,2 ton.
0 komentar: