Jumat, 12 September 2014

KRI Sorong 911: Kapal Tanker Pendukung Operasi Pendaratan Amfibi di Dili



911Sebagai kekuatan laut yang memiliki armada dengan jumlah kapal perang ratusan, sudah barang tentu TNI AL punya elemen kapal-kapal tanker untuk menunjang beragam misinya. Disamping urusan jumlah kapal yang bejibun, luas wilayah lautan Indonesia yang mencapai 2/3 luas lautan di Asia Tenggara, mengharuskan sebaran armada kapal tanker yang memadai. Dan bicara tentang kapal tanker milik TNI AL, ada nama KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911.
Dibanding elemen kekuatan armada TNI AL lainnya, unsur kapal tanker atau disebut kapal jenis BCM (Bantuan Cair Minyak) terbilang luput dari program update. Kapal-kapa tanker kepunyaan TNI AL umumnya merupakan produksi tahun 60-an. Sebagai flagship armada tanker TNI AL adalah KRI Arun 903, yang merupakan bekas pakai AL Inggris (Royal Navy) dan mulai memperkuat TNI AL sejak 1992. Tapi jauh sebelum kedatangan KRI Arun yang punya panjang 140,6 meter, TNI AL mengandalkan KRI Sorong 911 sebagai unit tanker terbesar sejak era tahun 60-an. Bila KRI Arun 903 yang tadinya bernama RFA Green Rover, merupakan pengadaan dari bekas pakai, maka KRI Sorong 911 didatangkan secara gress, alias dibeli baru pada tahun 1965. KRI Sorong 911 yang punya dimensi 112,17 x 15,4 x 6,6 meter dibangun oleh galangan SY Trogir dari Yugoslavia.
Meski negara Yugoslavia telah bubar, toh hingga kini KRI Sorong masih tetap eksis dalam beragam operasi yang dijalankan TNI AL. Sebagai kapal tanker, KRI Sorong 911 masuk dalam Satual Kapal Bantu (Satban) Komando Armada Timur TNI AL. Dalam hal kemampuan, KRI Sorong mampu menampung kapasitas bahan bakar hingga 3.000 ton dan 300 ton stok air tawar. Jelas kapal ini punya peran strategis baik di masa perang dan masa damai, selain mendukung misi tempur jarak jauh, keperluan logistik seperti air tawar menjadi poin keunggulan tersendiri dari kapal ini.
KRI Sorong tidak punya tampilan sangar, karena misinya bukan untuk bertempur, keberadaan kapal ini justru harus mendapat kawalan dari kapal cepat, kapal korvet atau bahkan frigat. Tidak ada bekal senjata yang deteren, kapal ini hanya dibekali 4 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, terhitung lumayan untuk misi pertahanan udara dan permukaan secara terbatas. Dalam kondisi kosong, bobot kapal mencapai 4.090 ton, dan bobot penuh hingga 5.100 ton. Dalam kondisi tertentu, kapal bisa mencapai bobot 8.700 ton dengan kargo seberat 3.300 ton.
Kapal tanker ini diawaki oleh 110 personel dengan dikomandani perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Dengan ditenagai 1 unit mesin diesel Deutz berpropeler satu, kapal dapat melaju hingga kecepatan maksimum 15 knots.
kri-sorong-911
Pendaratan di Dili dalam Operasi Seroja
KRI Sorong 911 mencatatkan sejarah karena tergabung dalam Gugus Tempur operasi pendaratan amfibi untuk merebut kota Dili di Timor Timur pada 6 Desember 1975. Peran KRI Sorong tentu tidak melakukan bantuan tembakan kapal, sesuai kodratnya KRI Sorong menjadi kapal tanker untuk mendukung operasional KRI Ratulangi 400, KRI Barakuda 817, KRI Martadinata 342, LST KRI Teluk Bone 511, dan KRI Jaya Wijaya 921.

Kapal ini sanggup melakukan Replenishment At Sea (RAS) atau pembekalan di laut, merupakan cara pengisian/pengiriman logistik maupun personil dari kapal ke kapal yang dilaksanakan sambil berlayar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kegunaan RAS dalam suatu operasi untuk memperpanjang kehadiran unsur di laut, kerahasiaan serta efisiensi waktu. Dalam penugasan saat ini, KRI Sorong 911 juga mempunya peran lain, yakni sebagai kapal markas bagi Gugus Keamanan Laut. Berbeda dengan KRI Arun 903, sayangnya KRI Sorong 911 tidak punya bekal helipad. (Gilang Perdana)
Spesifikasi KRI Sorong 911
Jenis : Kapal tanker
Pembuat : SY Trogir, Yugoslavia
Dimensi : 112,17 x 15,4 x 6,6 meter
Bobot mati : 4.090 ton
Bobot penuh : 8.700 ton
Kapasitas bahan bakar : 3.000 ton
Kapasitas air tawar : 300 ton
Mesin : 1 Deutz diesel, 1 shaft
Kecepatan maksimum : 15 knots
Awak : 110

0 komentar: