Rabu, 17 September 2014

RBU-6000 : Peluncur Roket Anti Kapal Selam Korvet Parchim TNI AL



Meski saat ini kekuatan armada kapal selam TNI AL terbatas, karena secara faktual kini hanya ada 2 kapal selam type 209 buatan Jerman, tapi disisi lain perlu disyukuri bahwa TNI AL masih cukup mumpuni untuk menggelar sista (sistem senjata) anti kapal selam. Keberadaan sista anti kapal selam mutlak bagi TNI AL sebagai pengawal wilayah lautan RI yang begitu luas, dimana banyak alur laut yang ideal menjadi perlintasan kapal selam negara lain di sepanjang gugusan kepulauan Nusantara.
Dalam misi ‘mengganyang’ kapal selam lawan, setidaknya TNI AL kini bisa mengandalkan banyak senjata, sebut saja mulai dari torpedo SUT (surface and underwater target) yang menjadi andalan kapal selam type 209 dan FPB-57 , lalu torpedo MK46/MK44/MK32 yang banyak digunakan pada frigat dan korvet, kemudian ada bom laut (depth charge), dan terakhir sistem senjata roket anti kapal selam. Kesemua model senjata anti kapal selam diatas masih digelar oleh TNI AL, kecuali model bom laut yang kini agak jarang digunakan lagi.
sudah lumrah bila kapal perang rancangan Rusia dan negara-negara Blok Timur mengusung dua pucuk peluncur RBU-6000

Khusus di segmen roket anti kapal selam atau ASROC (Anti Submarine Rocket), TNI AL sudah punya pengalaman panjang dalam pengoperasiannya, semasa akrab menggunakan alutisista buatan Uni Soviet (dalam masa operasi Trikora), setidaknya diketahui TNI AL sempat mengoperasikan roket Hedgehog kaliber 268mm buatan Rusia, dan roket Hedgehog kaliber 183mm buatan Italia.
Roket-roket anti kapal selam tersebut dilepaskan dari semacam peluncur MLRS (multiple launch rocket system) pada frigat atau korvet. Setelah meluncur dan jatuh ke permukaan laut, hulu ledak roket bakal meledak sesuai dengan kedalaman yang ditentukan, semisal pada roket Hedgehog kaliber 268mm, akan meledak pada kedalaman 210 meter. Pada prinsipnya pola peledakannya hamper serupa dengan bom laut, hanya berbeda dari cara pelepasannya. Untuk menggunakan bom laut, kapal harus melepas bom sejajar diatas posisi kapal selam berada. Tentu saja cara ini cukup sulit dan merepotkan, apalagi bila yang dihadapi kapal selam modern dengan teknologi akustik tinggi.
KRI Tjiptadi 881, salah satu korvet kelas Parchim TNI AL, nampak sedang melepaskan roket dari peluncur RBU-6000
Awak TNI AL sedang mempersiapkan RBU-6000
Pada kenyataan era Hedgehog kini sudah memudar, pasalnya jenis roket ini sudah terbilang kuno, maklum telah digunakan sejak era Perang Dunia Kedua. Nah, sebagai gantinya di lini roket anti kapal selam, TNI AL kini mengandalkan jenis RBU-6000 yang terpasang pada armada korvet Parchim, dan ada lagi roket anti kapal selam jenis Bofors SR375A kaliber 375mm. Untuk jenis Bofors SR375A diusung oleh 3 kapal perang kelas Fatahillah, yakni KRI Fatahillah 361, KRI Malahayati 362, dan KRI Nala 363. Sedangkan jenis RBU-6000 lebih terlihat masif, pasalnya populasi korvet Parchim TNI AL mencapai 16 kapal perang, dimana pada masing-masing kapal dilengkapi dua peluncur RBU-6000 kaliber 213mm.
Di lingkungan TNI AL, RBU-6000 punya umur pengoperasian yang lebih muda ketimbang Bofors SR375A. Ditambah daya hancur RBU-6000 cukup besar, ini lantaran jenis peluncur ini memiliki  12 laras roket yang dapat melakukan tembakan secara single maupun salvo. Sistem peluncur pun hebatnya dapat melakukan sistem reload amunisi secara cepat dan otomatis.
Model struktur reload amunisi pada RBU-6000
RBU (Reaktivno-Bombovaja Ustanovka )-6000
Sosok senjata yang sangar ini boleh dibilang menjadi sajian favorit TNI AL dalam gelar-gelar latihan tempur, seperti pada level Latihan Gabungan TNI. TNI AL cukup beruntung memiliki jenis senjata ini, sebab RBU-6000 termasuk senjata anti kapal selam di era Perang Dingin yang cukup diandalkan oleh negara-negara pakta Warsawa. RBU-6000 mulai dioperasikan oleh AL Uni Soviet pada tahun 1960-1961. Adaptasi RBU-6000 cukup luas, tidak hanya kelas korvet, jenis frigat hingga destroyer juga lazim mengandalkan RBU-6000.
Pengoperasian RBU-6000 sudah tergolong modern, yakni dengan sistem kendali otomatis dari pusat informasi tempur yang mengandalkan Burya fire control system agar akurasi serta  arah elevasi multi larasnya dapat terjaga. Secara total, pola penembakkan RBU-6000 dapat di setting untuk satu kali tembakan, 2x, 4x 8x atau salvo 12x. Menyadari panasnya laras setelah dilakukan penembakkan, dilakukan pendinginan dengan air.
Roket anti kapal selam R90 yang diluncurkan lewat RBU-6000
Sebuah demonstrasi penembakkan RBU-6000 secara salvo
Bila amunisi sudah habis, sementara kapal selam yang diburu belum ‘keok’ juga, tak jadi masalah. RBU-6000 siap melakukan reload amunisi secara otomatis dengan teknologi 60UP loading system yang terletak dibawah dek peluncur. Umumnya tiap-tiap peluncur dapat memuat magazine yang berisi 72 hingga 96 roket. Jumlah yang cukup besar untuk mengkandaskan atau paling tidak membuat kapal selam musuh rusak berat.
Satu unit RBU-6000 memiliki berat 3.100 kg, lebar 2 meter, tinggi 2,25 meter, dan lebar 1,75 meter. Untuk menyesiakan arah sasaran, tingkat elevasi dapat disesuaikan mulai dari -15 sampai 60 derajat. Untuk sudut putarnya mencapai 180 derajat.
RBU-6000 adalah sistem peluncurnya, untuk roketnya sendiri menggunakan jenis 90R. Roket ini cukup canggih, dimana aktivasi peledakan dapat disesuaikan berdasarkan kedalaman yang dibutuhkan. Bila sudah masuk ke bawah permukaan laut, fungsinya akan menjadi bom laut yang dapat mengganyang target hingga kedalamam 1.000 meter.
RBU-1000 dengan 6 laras
RBU-1200 dengan 5 laras (tanpa pengisian otomatis)
RBU-2500 dengan 16 laras
Tentang roket 90R mempunyai berat 112,5 kg dengan bobot hulu ledak 19,5 kg. Diamater roket ini 0,212 meter dan panjang 1,83 meter. Untuk jangkauan luncur mulai dari 600 meter sampai 4.300 meter. Namun uniknya, disebutkan efektif radius sebenarnya hanya 130 meter. Dengan hulu ledak 19,5 kg, 90R dipercaya dapat merusak lambung kapal selam. Hasil dari pengenaan sasaran dapat diketahui dalam waktu 15 detik, dan tingkat kebehasilan dalam penghancuran kapal selam mencapai 80 persen. Selain itu misi melawan kapal selam, senjata ini juga bisa dipersiapkan untuk menangkal serangan dari torpedo lawan yang menyerang kapal, bahkan bisa dimanfaatkan untuk menetralisir keberadaan pasukan katak lawan yang berniat melakukan penyusupan.
Selama Perang Dingin, Rusia/Uni Soviet banyak mengembangkan varian RBU, diantaranya RBU-1000 (6 laras kaliber 300mm), RBU-1800 (5 laras kaliber 250mm), RBU-2500 (16 laras kaliber 250mm), dan RBU-4500 (6 laras kaliber 300mm).
India ternyata mampu memproduksi amunisi untuk RBU-6000, bagaimana dengan Indonesia?
Meski saat ini kekuatan kapal selam TNI AL terbilang minim, pasalnya tambahan kapal selam tak kunjung tiba, tapi setidaknya tak perlu minder untuk daya pukul kekuatan anti kapal selam. Berdasarkan pengalaman sejarah, TNI AL telah mempunyai reputasi dalam operasi anti kapal selam, contohnya seperti yang terjadi pada masa operasi Trikora. Kapal selam Belanda, HRMS Dolfijn mengalami kerusakan parah karena mendapat serangan bom laut dari kapal pemburu TNI AL di dekat perairan Teluk Peleng, Banggai.  (Haryo Adjie Nogo Seno)

0 komentar:

Senin, 15 September 2014

Menjadi Tipe A Lanud Suryadarma Akan Dilengkapi Satu Skuadron Heli Cougar E.C 735


Subang (MI) : Markas Besar TNI AU akan menaikkan status Lapangan Udara Suryadarma Kalijati, Subang, Jawa Barat, dari tipe B menjadi tipe A. "Rencananya akhir tahun 2014 atau awal 2015," kata Komandan Lanud Suryadarma Kalijati Kolonel Penerbang Tahyodi kepada Tempo, Senin, 15 September 2014. Dengan dinaikkannya status lanud dari tipe B ke tipe A maka secara otomatis pimpinan yang mengomandoinya pun harus seorang perwira tinggi bintang satu.
Setelah menjadi tipe A, Lanud Suryadarma akan memiliki skuadron khusus pesawat udara jenis helikopter. Saat ini skuadron yang dimiliki adalah heli Colibri dengan 12 unit pesawat. Pesawat lainnya yang sedang disiapkan adalah satu kuadron heli jenis Cougar E.C 735 yang saat ini baru ada enam unit. "Nanti ditambah lagi minimal jadi 12-16 unit untuk dijadikan satu kuadron," kata Tahyodi.

Menurut dia, Lanud Suryadarma saat ini menjadi satu-satunya yang memiliki dan dipercaya mengoperasikan sekolah penerbangan buat seluruh armada udara TNI. "Kecuali Polri, mereka punya sendiri," ujar Tahyodi.

Lanud Suryadarma juga akan ditingkatkan statusnya menjadi bandara komersial, terutama bandara khusus kargo, seiring dengan perkembangan industri di wilayah Subang, Purwakarta, dan Karawang. Lahan yang diperlukan buat membangun landasan sudah disiapkan, termasuk infrastruktur pendukungnya. "Sudah enggak ada masalah," ujar Tahyodi.

Rencana Lanud Suryadarma akan dijadikan bandara kargo sudah diwacanakan sejak 1998. Namun karena keburu terjadi resesi ekonomi jadi belum terealisasi.

Sekretaris Daerah Kabupaten Subang Abdurakhman mengapresiasi rencana perubahan status Lanud Suryadarma Kalijati dari tipe B jadi tipe A dan rencana pengembangan menjadi bandara kargo itu. "Pemkab Subang akan mem-back up penuh," kata Abdurakhman.

Menurut dia, keberadaan Lanud Suryadarma sudah memberikan warna tersendiri buat kemajuan Subang secara keseluruhan. "Apalagi keberadaannya menjadi saksi sejarah panjang perjuangan republik ini," ujarnya.



0 komentar:

TNI AU Bangun Satuan Radar Tambolaka, NTT

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia berencana membangun sebuah satuan khusus yang mengoperasikan Radar di Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 2015. Radar merupakan bagian dari sistem pertahanan udara nasional, diletakkan di perbatasan dengan tugas mendeteksi pesawat terbang yang melintas dari dan keluar wilayah negara.
Selama ini Satuan Radar (Satrad) TNI operasionalnya berada di bawah Kohanudnas. Kohanudnas merupakan Komando Utama TNI yang bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya, dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di sekitar wilayah Sumba, sebenarnya telah terdapat Satrad TNI AU di Pulau Timor yaitu Satrad 226 Buraen, Kecamatan Amarasi, Kupang. Namun seiring dengan tingginya intensitas penerbangan pesawat terbang dari dan ke wilayah selatan (Australia), maka TNI AU perlu pula membangun Satrad baru di Pulau Sumba, khususnya di daerah Tambolaka. Satrad tersebut rencananya akan dibangun pada 2015 mencakup kantor markas, kompleks perumahan dan sarana prasarananya pendukungnya. Diharapkan Satrad tersebut dapat melaksanakan tugas pertahanan udara nasional di wilayah Sumba dan sekitarnya.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia bersama staf terkait untuk merealisasikan pembangunan Satrad di Tambolaka, mengadakan kunjungan ke Kabupaten Sumba Barat Daya, Jumat (12/9). Dengan menggunakan Pesawat Fokker TNI AU, rombongan diterima oleh Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu bersama Muspida di Bandara Tambolaka. Bupati Markus menyampaikan akan siap membantu dan melakukan apapun untuk kepentingan negara, termasuk dalam upaya pertahanan udara nasional dengan pembangunan markas Satrad TNI AU.
Selanjutnya rombongan berganti dengan Helikopter menuju Kahale, lokasi pembangunan Satrad yang disambut Wakil Bupati Sumba Barat Daya Dara Tanggu Kaha dan beberapa anggota DPRD. Dalam peninjauan tersebut Kasau melihat detail teknis perencanaan pembangunan kantor Satrad. Di bagian akhir kunjungan Kasau menyampaikan apresiasinya pada Pemerintah Kabupaten yang peduli pada pertahanan bangsa dengan menghibahkan tanahnya untuk pembangunan Satrad. (tni-au.mil.id)

0 komentar:

Jumat, 12 September 2014

[Polling] M1A1 AIM Abrams Australian Army: Lawan Tanding Terberat MBT Leopard 2 A4 TNI AD

20110902adf8106603_027Ikon matra darat pada akhirnya merujuk pada keunggulan ranpur lapis baja, dengan penekanan pada keterlibatan tank tempur utama, alias MBT (main battle tank). Untuk urusan update MBT, Indonesia menjadi pemain akhir, setelah Malaysia, Singapura, dan Thailand yang lebih dulu menggunakan MBT.


Diawali dengan kontroversi yang masih berlanjut sampai saat ini, Indonesia akhirnya resmi membeli ratusan unit MBT Leopard 2 dan IFV (infantry fighting vehicle) Marder 1A3 dengan kontrak senilai US$ 280 juta. Perinciannya adalah 61 unit Leopard Ri (Revolution), 42 unit Leopard 2 A4, 50 Marder 1A3, dan Leopard versi recovery, tank bridge layer, berikut tank ambulans. Kesemuanya merupakan produk bekas pakai yang sudah direkondisi agar dapat tampil pas di iklim tropis.
Lepas dari kontroversi kehadiran Leopard 2 A4 untuk TNI AD, secara update teknologi memang sudah sewajarnya korps lapis baja TNI AD mendapatkan teknologi alutsista yang sepadan dengan negara tetangga. Hadirnya Leopard 2 punya nilai strategis, selain dapat meningkatkan daya deteren, moril awak lapis baja TNI AD pun akan lebih percaya diri, setelah cukup lama dibuat inferior melihat kecanggihan tank milik Malaysia, Singapura, dan Australia.
Leopard 2 A4 TNI AD
Leopard 2 A4 TNI AD
Pelontar granat pada kubah meriam 120mm Leopard 2 A4 TNI AD
Pelontar granat pada kubah meriam 120mm Leopard 2 A4 TNI AD
Bobotnya yang mencapai 60 ton lebih terus mengundang kontroversi di Dalam Negeri, tapi "show must go on."
Bobotnya yang mencapai 60 ton lebih terus mengundang kontroversi di Dalam Negeri, tapi “show must go on.”
Nah, menunggu tuntasnya pengiriman Leopard 2 A4 dari Jerman hingga 2017. Adalah hal yang menarik untuk mengkalkukasi siapa-siapa saja yang bakal menjadi lawan tanding tank andalan TNI AD ini. Tanpa bermaksud mengompori, tapi lawan Leopard TNI AD tak sulit untuk ditebak dengan proyeksi tantangan terbesar di masa depan berasal dari negara tetangga. Meski harus diakui, karena kontur geografis Indonesia dan kawasan Asia Tenggara yang sifatnya kepulauan, membuat gelar operasi MBT yang bobotnya puluhan ton begitu terbatas. Konsep MBT lebih dikedepankan untuk misi bertahan, ketimbang ofensif. Tapi toh beragam skenario bisa terjadi dimasa depan, seperti gesekan soal perbatasan antara Indonesia – Malaysia menyangkut perbatasan di Kalimantan. Dengan Australia, sempat ada gesekan saat jejak pendapat lepasnya Timor Timur di tahun 1999.
Polling Indomiliter
Berangkat dari paparan diatas, Indomiliter.com menggelar polling dengan pertanyaan, “Bila Terjadi Konflik yang Melibatkan MBT, Menurut Anda Siapa Yang Bakal Jadi Lawan Terberat Leopard 2 A4 TNI AD”. Polling digelar mulai 19 Februari hingga 20 Maret 2014 dengan total 1.989 responden. Polling dilakukan dengan pola one IP one vote.

Dalam polling ini, Leopard 2 A4 TNI AD disandingkan dengan MBT milik Malaysia yakni PT-91M Pendekar, MBT milik Australian Army M1A1 AIM Abrams, dan MBT andalan Singapura Leopard 2 A4S Evo. Hasil polling boleh dibilang cukup kontroversial dan mengejutkan, pasalnya potensi duel MBT yang berasal dari Malaysia ternyata tidak terbukti dalam polling ini, justru responden punya pendapat berbeda. Berikut adalah paparannya.
12
3
M1A1 AIM Abrams (Australia)
Hingga saat ini belum terbesit skenario perjumpaan Leopard 2 A4 TNI AD dengan MBT Abrmas Australia. Tapi polling menempatkan tank buatan AS ini sebagai lawan terberat Leopard Indonesia. Dari 1.989 responden, 1.135 responden (57,06%) memilih M1A1 Abrams. Boleh jadi pilihan ini didasari hubungan yang memanas antara Indonesia – Australia, maklum saat polling dilakukan tengah hangat isu penyadapan dan imigran gelap.

M1A1 AIM Abrams Australian Army
M1A1 AIM Abrams Australian Army
M1Abrams_460x306px
Dirunut dari sejarahnya, Setelah tiga dekade, Australia lewat RAAC (Royal Australian Armoured Corps) akhirnya memulai mencari pengganti Leopard 1AS. Program penggantian MBT tidak menjadi prioritas, karena secara kontinental, Australia tentu tidak memiliki lawan yang membutuhkan keterlibatan MBT. Penugasan-penugasan militer Australia dalam misi penjaga perdamaian di Haiti, Somalia, dan Timor Timur juga tidak memunculkan kebutuhan untuk menggelar tank. Baru pada tahun 2004, Australia akhirnya mengumumkan program modernisasi yang mengerucut pada pembelian M1A1 Abrams, itupun lewat skema kredit lunak FMS (Foreign Military Sales). Jumlah yang dibeli sebanyak 59 unit dengan pengiriman pertama mulai 2007. Sebelumnya Australia telah memiliki 90 unit Leopard 1AS.
M1A1 Abrams yang dibeli berasal dari surplus stok AD AS yang belum dikonversi ke standar M1A2, dan akan diretrofit dengan kemampuan AIM (Abrams Integrated Management). Versi AIM dari M1A1 Abrams ditujukan agar tank dapat dioperasikan dengan baik pada abad 21 yang dicirikan pertempuran berbasis informasi yang terpadu. Programnya dimulai AD AS pada Desember 1996, dengan kontraktor utama GDLS (General Dynamics Land Systems) yang menerima 20,7 juta dolar untuk refurbish 45 M1A1 selama masa lima tahun. GDLS membongkar ulang seluruh M1A1 yang diikutkan dalam program di Anniston Army Depot.
Abrams milik Australia menggunakan merian kaliber 120 mm M256 yang tak lain merupakan merian Rheinmetall L44 yang dipasok Jerman ke AS. Untuk urusan amunisinya, pabrik Alliant Technisystem yang dikontrak AD AS mampu membuat berbagai macam amunisi 120 mm secara mandiri, bahkan mengembangkan munisi berbasis DU (depleted uranium) tipe M829A1 yang sebenarnya aman untk disimpan namun terus mengundang kontroversi dalam penggunaannya.
Abrams boleh dibilang sebagai MBT yang memanjakan krunya, baik dalam hal kenyamanan berkendara maupun optronik yang digunakan oleh penembak maupun komandan. Penembak memiliki gunner primary sight dengan dua day optics, satu untuk jarak jauh dengan magnifikasi 3x – 10x, sementara satu optik lainnya tanpa pembesaran untuk kewaspadaan maksimal terhadap sasaran. Kontrol kendali penembakan buatan General Dynamics Kanada dibuat sesimpel mungkin. Penembak tinggal menempatkan retikula di dalam GPS dan menembakan laser rangefinder buatan Raytheon untuk menentukan jarak.
Spesifikasi General Dynamics M1A1 AIM Abrams
Kru : 4
Bobot tempur : 63.086 kg
Panjang : 9,033 meter
Lebar : 3,657 meter
Tinggi : 2,375 meter
Kecepatan jelajah : 67,6 km/jam
Radius maks : 426 km
Sudut tanjakan : 60 derajat
Meriam : M256 kaliber 120mm dengan 40 amunisi, senapan mesin coaxial FN M240 dengan 400 peluru, dan sepucuk senapan mesin berat M2HB kaliber 12,7 dengan 900 amunisi.

Leopard 2 A4S Evo (Singapura)
Sebagai negara dengan pendapatan per kapita terbesar di kawasan Asia Tenggara, maka banyak hal yang bisa diperbuat oleh Singapura dalam membangun kekuatan militernya. Selain mempunyai frigat kelas Formidable, yang didapuk sebagai frigat stealth tercanggih di Asia Tenggara, Singapura juga cukup perkasa di segmen MBT. Dorongan akusisi MBT oleh Singapura, oleh beberapa pengamat dipicu oleh Malaysia yang sudah lebih dulu mengadopsi PT-91.

Leopard 2 A4S Evo Singapura
Leopard 2 A4S Evo Singapura
Meski mengadopsi Leopard 2A4, MBT asal Jerman yang dibeli Negeri Singapura ini sudah mendapatkan upgrade disana sini, salah satunya dengan adopsi AMAP (Advanced Modular Armour Protection), yang menjadikan proteksi lebih maksimal tapi tidak berdampak pada penambahan bobot tank, pasalnya pihak Singapura menyaratkan bobot tank tidak boleh lebih dari 60 ton. Dan, jadilah Leopard milik Singapura diberi label Leopard 2 A4 Evolution.
Dakam hal kemampuan ofensif, Leopard Singapura tidak mengutak-atik meriam L/44 120mm, pertimbangannya tentu karena soal bobot. Dengan tipikal wilayah urban, tentu tidak dibutuhkan jarak engagement yang jauh. Dengan kemampuan L/44 yang optimal pada jarak 1.500 – 2.000 meter, hal ini tentu masih lebih dari cukup untuk menangkal ancaman apapun yang mencoba mengganggu. Dari sisi kualitas SDM, Singapura secara berkala merotasi awak korps lapis bajanya ke Bergen dan Munster di Jerman untuk berlatih bersama awak tank-tank terbaik di dunia: Leopard 2 A6, M1A2 Abrams, dan Challenger 2. Dengan segala kemampuannya, Singapura telah menjelma sebagai negara dengan doktrin tempur lapis baja yang paling update dan berpengalaman di Asia Tenggara. Dari komposisi kekuatan, Singapura mulai memboyong Leopard 2A4 pada tahun 2008, pengiriman pertama yaitu 96 unit tank, disusul 36 unit tank Leopard dalam batch kedua. Dari jumlah tersebut, 30 disimpan sebagai suku cadang kanibal.
Leopard 2 A4 Ri (Revolution). Nantinya TNI AD akan menerima tank ini, lebih handal dibanding punya Singapura.
Leopard 2 A4 Ri (Revolution). Nantinya TNI AD akan menerima tank ini, lebih handal dibanding punya Singapura.
DSCN0587
Garasi Leopard 2 A4 TNI AD di YonKav 1 Kostrad
Garasi Leopard 2 A4 TNI AD di YonKav 1 Kostrad
Indonesia pun akan kedatangan versi upgrade tank ini, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman pernah menjelaskan, bahwa keunggulan Main Battle Tank (MBT) Leopard 2A4 Evolution ketimbang Leopard milik Singapura, yakni pada sistem persenjataannya. “MBT Singapura assembling sistem operasinya masih hidrolik. Kelebihan Singapura pada sensor fire control. Kami punya kelebihannya pada sistem laras senjata yang akurasinya lebih baik dengan menggandeng Rheinmetall,” ujar Budiman. Dengan segala keunggulannya, Leopard 2 A4S Evo Singapura dipilih sebagai lawan terberat kedua Leopard 2 TNI AD. Sebanyak 718 responden (36,1%) telah secara jelas memilih sosok MBT ini.
PT-91M Pendekar (Malaysia)
Berbeda dengan prediksi banyak pengamat, justru MBT Malaysia ada diurutan terakhir sebagai lawan tanding Leopard 2 TNI AD. Dari 1.989 reponden, hanya 136 reponden (6,84%) yang menganggap tank ini sebagai kekuatan yang berarti untuk Leopard Indonesia.

PT-91M
PT-91M
Ditilik dari postur kekuatan, armada MBT Malaysia terdiri dari keluarga PT-91 Twardy (Tangguh) buatan pabrikan Zaklady Mechaniczne Bumar-Labedy SA, Polandia. PT-91 dipilih setelah menjalani kompetisi ketat dengan T-84 (varian T-80UD yang diproduksi dan dimodernisasi oleh Malyshev Plant, Ukrania) yang mengikuti pengujian langsung di Malaysia. Negeri Jiran ini memilih produk Polandia ini didasari pada dual hal. Pertama, studi intenal Tentara Diraja Malaysia bahwa kelas tank yang memenuhi syarat untuk beproperasi di kontur tanah dan lingkungan semenanjung Malaya adalah yang beratnya kurang dari 50 ton. Kedua, harga produk militer yang diproduksi Polandia tak kalah dibanding hasil produksi Rusia.
Dengan alasan tersebut, akhirnya Malaysia memesan 48 PT-91M MBT, enam kendaraan recovery WZT-4, lima varian AVLB (Armoured Vehicle Launched Bridge) sebagai pembawa jembatan, dan tiga MID-M yang dilengkapi roller dan bilah dozer untuk menerobos rintangan. Seluruhnya dipesan dalam satu kontrak pada April 2013 senilai 375 juta dolar. Pada saat kontrak diajukan, Malaysia menjadi negara pertama yang menggelar MBT modern di Asia Tenggara, dan sempat menjadi pembicaraan hangat di kawasan. Pada dasarnya PT-91 merupakan varian tiruan dari peningkatan MBT T-72M1 lansiran Uni Soviet.
pt-91m_1
pt-91 2
Pasca bubarnya Uni Soviet, Polandia menawarkan produknya yang dibanderol lebih murah dan lebih fleksibel dalan integrasi subsistemnya. Pada varian PT-91M Pendekar yang dibeli Malaysia, sejumlah sistem optonik buatan Eropa Barat dibenamkan ke dalamnya, menjadikan tank ini sebagai sista gado-gado Barat dan Timur.
Polandia sendiri akhirnya memutuskan membeli 124 tank Leopard 2 pada tahun 2002, yang ditempatkan di Brigade Kavaleri ke-10, kesatuan tank terbaik di Polandia. Sementara itu, PT-91 yang tadinya merupakan kekuatan utama, justru digusur ke Brigade Kavaleri ke-15. (Indomiliter)
Spesifikasi PT-91M Pendekar
Kru : 3
Bobot tempur : 45.300 kg
Panjang : 9,67 meter
Lebar : 3,59 meter
Tinggi : 2,19 meter
Kecepatan jelajah : 60 km/jam
Radius maks : 650 km
Sudut tanjakan : 60 derajat
Kemiringan : 50 derajat
Meriam : D81T/2A46 kaliber 125mm dengan 43 amunisi, senapan mesin coaxial FN MAG (2.000 peluru), dan senapan mesin berat M2HB (200 peluru).

0 komentar:

KRI Teluk Bone 511: Terlibat Dua Momen Pendaratan Amfibi Bersejarah


Genderang program MEF (minimum essential force) telah berkumandang, kemudian diwujudkan dengan update beragam alutsista baru, tapi pada kenyataan bukan berarti alat perang tua langsung disingkirkan. Sepanjang esensi dan fungsionalitas alat perang masih aman, beberapa masih terus di lestarikan. Di lini armada LST (landing ship tank), masih ada kapal yang tergolong amat sepuh, bila ditakar usianya sudah jauh lebih tua dari anggota TNI AL aktif paling senior sekalipun.
Yang dimaksud adalah LST 542 Class buatan AS. Di awal tahun 60-an, khususnya dalam menyongsong operasi Trikora, TNI AL mulai kebanjiran LST untuk menunjang misi pendaratan amfibi. Berlanjut di awal Orde Baru, LST 542 yang menjadi pemain di banyak laga Perang Dunia II dan Perang Vietnam kembali berdatangan memperkuat Satuan Kapal Amfibi TNI AL. Diantaranya ada KRI Teluk Langsa 501, KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503 (buatan Sasebo – Jepang), KRI Teluk Kau 504, KRI Teluk Menado 505, KRI Teluk Tomini 508, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Saleh 510, dan KRI Teluk Bone 511. Kecuali KRI Teluk Amboina, kesmua LST diatas merupakan veteran Perang Dunia II, terutama dalam perannya saat operasi pendaratan pasukan Sekutu di pantai Normandia, Perancis di 1944. Beberapa diantara LST tadi juga ada yang mampir untuk terlibat dalam operasi AS di Vietnam pada periode 1967 – 1970. Sebagai informasi, bila identitas LST di TNI AL ditandai dengan nama Teluk, maka di AL AS, identitas LST diawali dengan nama County, seperti USS Solano County LST-1128, yang kemudian berganti nama jadi KRI Teluk Langsa 501.
bone
Embarkasi pasukan TNIAD ke LST KRI Teluk Bone 511.
Tank Scorpion keluar dari ramp KRI Teluk Bone.
Tank Scorpion keluar dari ramp KRI Teluk Bone
Kini setelah 70 tahun berlalu, sebagian besar LST 542 Class yang sempat menjadi tulang punggung armada LST sudah dihapus dari inventaris armada TNI AL. Merujuk informasi di situs Wikipedia, masih ada empat unit LST 542 Class yang dioperasikan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), yaitu KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509 dan KRI Teluk Bone 511. Dari keempat LST tersebut, hanya KRI Teluk Amboina yang masih agak aman dari rencana pensiun, selebihnya sudah digadang untuk masuk masa purna tugas dalam waktu dekat.
KRI Teluk Bone 511
Selain keterlibatan armada LST 542 Class dalam laga di Normandia, kesemua LST 542 milik TNI AL pernah disatukan dalam operasi militer terbesar TNI, yakni operasi Seroja di Timor Timur. Dalam tulisan ini, sedikit dipetik keterlibatan salah satu LST tersebut yang kini masih aktif beroperasi, yaitu KRI Teluk Bone 511.
Merujuk dari sejarahnya, KRI Teluk Bone yang masuk LST 542 Class bisa digolongkan sebagai light LST, pasalnya bobot mati kapal ini hanya 1.651 ton, sementara untuk bobot muatan penuhnya bisa mencapai 4.145 ton. Sebagai perbandingan, LST Frosch class I bobot normalnya 1.744 ton dan LST Frosch-II bobot normalnya 1.530 ton. Sementara LST terbaru TNI AL, KRI Teluk Bintuni 520, bobot matinya 2.300 ton. Kapal ini punya panjang 100 meter dan lebar 15 meter. Dapur pacu kapal ini dipercayakan pada 2 unit mesin diesel General Motors 12-567 900HP dengan dua bilah propeller dan dua kemudi. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum hingga 12 knots (setara 22 km per jam). Soal jarak tempuh, dalam kondisi normal Teluk Bone bisa menjelajah sampai 24.000 mil (38.624 km), pada kondisi tersebut kecepatan kapal dipatok 9 knots dengan bobot penuh 3.960 ton
Sebagai kapal pendarat amfibi, KRI Teluk Bone dibekali dengan kemampuan angkut cargo. Selain bisa dimuati 17 unit tank pada tank deck (dek bagian bawah), dek utama (dek bagian atas) juga dapat diakses untuk keluar masuk kendaraan, hal ini dimungkinkan berkat adanya elevator forward setelah pintu pada ramp. Dalam gelar operasi, dek utama kerap ditempati kendaraan pendukung seperti truk, artileri, jip, dsb. Soal kapasitas muatan bergantung pada jenis misi yang diembannnya, secara umum LST 542 class bisa dimuati beban antara 1.600 ton hingga 1.900 ton.
Tampilan bagian anjungan.
Tampilan bagian anjungan.
USS Iredell_County LST-839 dalam operasi di Vietnam.
USS Iredell_County LST-839 dalam operasi di Vietnam. Tampak kanon laras ganda kaliber 40 mm pada ujung haluan.
1016083905
Tampilan bagian buritan.
Tampilan bagian buritan.
Tak hanya menghantarkan tank, KRI Teluk Bone juga dapat mengakut pasukan Marinir yang terdiri dari 16 perwira dan 147 prajurit. Untuk tugas pendaratan pasukan ke bibir pantai, tersedia dua unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle and Personnel). Lalu bagaimana dengan persenjataannya? Kapal ini dirancang lebih pada kebutuhan peran dari PSU (penangkis serangan udara), ada dua pucuk kanon twin kaliber 40 mm (di haluan dan di buritan), empat pucuk kanon 40 mm laras tunggal, dan 12 pucuk kanon 20 mm laras tunggal. Kesemuanya dioperasikan secara manual. Kapal perang ini secara keseluruhan diawaki oleh 7 perwira dan 104 anak buah kapal. Sampai saat ini, KRI Teluk Bone 511 dikomandani oleh perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Sebagai wujud orisinalitas, corong komunikasi dari bridge (anjungan) ke kamar mesin masih menggunakan pipa dan bukan radio seperti kapal militer masa kini. Jam, lonceng, instrumen, bahkan lambang kapal asli dari AS masih ada di beberapa kapal-kapal LST eks Perang Dunia II ini.
Aksi Pendaratan di Timor Timur
Saat masih menjadi milik AL AS dengan nama USS Iredell County (LST-839), kapal ini telah berlaga pada kancah Perang Dunia II, tapi bukan aksi melawan NAZI Jerman, melainkan disiapkan untuk berlaga di palagan Pasifik dalam perang melawan Jepang. Salah satu aksi USS Iredell County yakni ikut menunjang pendaratan pasukan amfibi Marinir AS dalam serbuah ke Pulau Okinawa pada bulan April 1945. Kiprah kapal ini kemudian berlanjut dalam laga AS dalam Perang Vietnam, USS Iredell County dilibatkan secara aktif dalam misi angkutan logistik dari basis AL AS di Filipina dan Jepang ke Vietnam.
USS Iredell_County LST-839
USS Iredell_County LST-839

Kanon kaliber 40 mm laras tunggal.
Kanon kaliber 40 mm laras tunggal.
KRI Teluk Kau 504
KRI Teluk Kau 504
KRI Teluk Tomini 508
KRI Teluk Tomini 508
Tampak pansam BTR-50P di depan ramp KRI Teluk Bone 511.
Tampak pansam BTR-50P di depan ramp KRI Teluk Bone 511 pada saat operasi Seroja.
Pasukan TNI berjalan di pinggir pantai Dili, dengan latar KRI Teluk Bone.
Pasukan TNI berjalan di pinggir pantai Dili, dengan latar KRI Teluk Bone.
Setelah jadi milik Indonesia, debutnya setelah berganti nama jadi KRI Teluk Bone 511 adalah pada operasi Seroja. Seperti dalam petikan berikut ini:
Tanggal 6 Desember 1975, Batalyon 403/Raiders Kostrad tiba di lepas pantai Tailaco dengan LST KRI Teluk Bone 511. Sore harinya BTP (Batalyon Tim Pendarat)-5/Infanteri Brigade-1/Pasrat Marinir turun dari Atabae dan segera masuk ke dalam LST untuk persiapan pendaratan amfibi di Dli pada pukul 05.00 keesokan harinya. Tank PT-76 dan pansam BTR-50P yang baru selesai digunakan untuk melancarkan penyerangan ke Atabae dari Palaka melalui medan pegunungan yang sulit ditempuh dan tanjakan tajam, hingga mengakibatkan mesin ranpur tersebut melampaui suhu normal.
Pada tanggal 6 Desember 1975 malam, LST KRI Teluk Bone 511 yang sudah mengangkut BTP-5/Infanteri Marinir menjadi salah satu kapal perang dalam Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja di bawah komandan Kolonel Laut (P) Gatot Soewardi. Dalam gugus tugas tersebut terdapat lima kapal peran lain, yakni kapal tender kapal selam KRI Ratulangi 400, bertindak sebagai kapal komando, korvet KRI Barakuda 817, frigat KRI Martadinata 342, kapal perbengkelan dan perbekalan KRI Jaya Wijaya 921, dan kapal tanker KRI Sorong 911 buatan Yugoslavia yang punya kapasitas angkut 3.000 ton bahan bakar dan 300 ton air tawar.
LST lain yang terlibat dalam operasi pendaratan di Dili adalah KRI Teluk Langsa 501, LST yang setipe dengan KRI Tekuk Bone ini mengangkut satu Batalyon Marinir dari Brigade-2/Pasrat di bawah pimpinan Letkol (Mar) Suparmo. Lepas dari misi pendaratan di Dili, pada 9 Desember malam, unsur Brigade-2/Pasrat Marinir kembali naik ke LST KRI Teluk Langsa 501 yang berlambuh di lepas pantai Dili untuk melakukan pendaratan amfibi di Laga, sekitar 20 km Timur Baucau.
Proses pendaratan amfibi di pantai Dili di dahului dengan serangkaian penembakan ke bibir pantai, hal ini dimaksudkan untuk menurunkan moril pasukan lawan dan mengangkat moril pasukan pendarat Marinir. Dalam rangkaian tembakan, KRI Ratulangi menembak dengan kanon 57 mm, KRI Barakuda dan KRI Martadinata menembak dengan kanon 76 mm. KRI Jaya Wijaya menembakkan 4 kanon laras ganda Bofors 40 mm dengan proyektil HE seberat 0,96 kg. Menjadi sasaran tembakan adalah wilayah pendaratan dan markas Fretilin.
KRI Teluk Langsa 501
KRI Teluk Langsa 501
KRI Teluk Amboina 503.
KRI Teluk Amboina 503.
Masih aktif dalam pergeseran pasukan.
Masih aktif dalam pergeseran pasukan.
Sekilas KRI Teluk Bone 511
KRI Teluk Bone-511 dibuat di galangan kapal American Bridge Company, Ambridge, Pennsylvania, Amerika Serikat, dan resmi meluncur pada 25 September 1944. Pada bulan Juli 1970 USS Iredell County dijual kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan kemudian pada 12 Desember 1970 memperkuat jajaran armada TNI AL dengan nama KRI Teluk Bone-511, dengan komandan pertama Mayor Laut (P) M.H. Poerbosisworo. Pada tanggal 1 Januari 1990 KRI Teluk Bone-511 dialihbinakan ke Kolinlamil. Nama Teluk Bone diambil dari nama sebuah teluk yang berada di sebelah Selatan Pulau Sulawesi.
Keberadaan KRI Teluk Bone yang masih eksis dan tetap dapat beroperasi hingga saat ini tidak terlepas dari upaya-upaya TNI AL dalam rangka mempertahankan kesiapan teknis KRI melalui program Perpanjangan Usia Pakai (PUP). Selama lebih dari 40 tahun setelah memperkuat jajaran kapal perang TNI AL, kapal perang ini banyak dilibatkan dalam operasi militer, baik Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
BRP Sierra Madre, salah satu LST 542 class milik Filipina yang dikaramkan di kawasan konflik dengan Tiongkok.
BRP Sierra Madre, salah satu LST 542 class milik Filipina yang dikaramkan di kawasan konflik dengan Tiongkok.
3zgdaul
Selain Indonesia, LST 542 class lungsuran Perang Dunia II juga sempat digunakan oleh AL Singapura dan AL Filipina. Bahkan, kiprah kapal ini belum lama membuat gempar di kawasan Laut Cina Selatan, tak lain setelah AL Filipina dengan sengaja menanfaatkan bangkai kapal BRP Sierra Madre yang karam di laut dangkal sebagai basis pangkalan apung Marinir Filipina di kawasan Ayungin Shoal, suatu area yang ikut disengketakan antara Filipina dan Tiongkok. (Gilang Perdana)
Spesifikasi KRI Teluk Bone 511
Class : LST-542
Bobot Mati : 1.625 ton
Bobot Penuh : 4.146 ton
Dimensi : 100 x 15,24 x 4,29 meter
Mesin : 2 × General Motors 12-567 diesel engines, two shafts, twin rudders
Kecepatan max : 12 knots (22 km/h)
Craft carried: 2 × LCVPs
Troops: 16 officers, 147 enlisted men (total bisa dimuati 264 prajurit)
Awak : 7 officers, 104 enlisted men

0 komentar:

KRI Sorong 911: Kapal Tanker Pendukung Operasi Pendaratan Amfibi di Dili



911Sebagai kekuatan laut yang memiliki armada dengan jumlah kapal perang ratusan, sudah barang tentu TNI AL punya elemen kapal-kapal tanker untuk menunjang beragam misinya. Disamping urusan jumlah kapal yang bejibun, luas wilayah lautan Indonesia yang mencapai 2/3 luas lautan di Asia Tenggara, mengharuskan sebaran armada kapal tanker yang memadai. Dan bicara tentang kapal tanker milik TNI AL, ada nama KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, dan KRI Sorong 911.
Dibanding elemen kekuatan armada TNI AL lainnya, unsur kapal tanker atau disebut kapal jenis BCM (Bantuan Cair Minyak) terbilang luput dari program update. Kapal-kapa tanker kepunyaan TNI AL umumnya merupakan produksi tahun 60-an. Sebagai flagship armada tanker TNI AL adalah KRI Arun 903, yang merupakan bekas pakai AL Inggris (Royal Navy) dan mulai memperkuat TNI AL sejak 1992. Tapi jauh sebelum kedatangan KRI Arun yang punya panjang 140,6 meter, TNI AL mengandalkan KRI Sorong 911 sebagai unit tanker terbesar sejak era tahun 60-an. Bila KRI Arun 903 yang tadinya bernama RFA Green Rover, merupakan pengadaan dari bekas pakai, maka KRI Sorong 911 didatangkan secara gress, alias dibeli baru pada tahun 1965. KRI Sorong 911 yang punya dimensi 112,17 x 15,4 x 6,6 meter dibangun oleh galangan SY Trogir dari Yugoslavia.
Meski negara Yugoslavia telah bubar, toh hingga kini KRI Sorong masih tetap eksis dalam beragam operasi yang dijalankan TNI AL. Sebagai kapal tanker, KRI Sorong 911 masuk dalam Satual Kapal Bantu (Satban) Komando Armada Timur TNI AL. Dalam hal kemampuan, KRI Sorong mampu menampung kapasitas bahan bakar hingga 3.000 ton dan 300 ton stok air tawar. Jelas kapal ini punya peran strategis baik di masa perang dan masa damai, selain mendukung misi tempur jarak jauh, keperluan logistik seperti air tawar menjadi poin keunggulan tersendiri dari kapal ini.
KRI Sorong tidak punya tampilan sangar, karena misinya bukan untuk bertempur, keberadaan kapal ini justru harus mendapat kawalan dari kapal cepat, kapal korvet atau bahkan frigat. Tidak ada bekal senjata yang deteren, kapal ini hanya dibekali 4 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm, terhitung lumayan untuk misi pertahanan udara dan permukaan secara terbatas. Dalam kondisi kosong, bobot kapal mencapai 4.090 ton, dan bobot penuh hingga 5.100 ton. Dalam kondisi tertentu, kapal bisa mencapai bobot 8.700 ton dengan kargo seberat 3.300 ton.
Kapal tanker ini diawaki oleh 110 personel dengan dikomandani perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel. Dengan ditenagai 1 unit mesin diesel Deutz berpropeler satu, kapal dapat melaju hingga kecepatan maksimum 15 knots.
kri-sorong-911
Pendaratan di Dili dalam Operasi Seroja
KRI Sorong 911 mencatatkan sejarah karena tergabung dalam Gugus Tempur operasi pendaratan amfibi untuk merebut kota Dili di Timor Timur pada 6 Desember 1975. Peran KRI Sorong tentu tidak melakukan bantuan tembakan kapal, sesuai kodratnya KRI Sorong menjadi kapal tanker untuk mendukung operasional KRI Ratulangi 400, KRI Barakuda 817, KRI Martadinata 342, LST KRI Teluk Bone 511, dan KRI Jaya Wijaya 921.

Kapal ini sanggup melakukan Replenishment At Sea (RAS) atau pembekalan di laut, merupakan cara pengisian/pengiriman logistik maupun personil dari kapal ke kapal yang dilaksanakan sambil berlayar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kegunaan RAS dalam suatu operasi untuk memperpanjang kehadiran unsur di laut, kerahasiaan serta efisiensi waktu. Dalam penugasan saat ini, KRI Sorong 911 juga mempunya peran lain, yakni sebagai kapal markas bagi Gugus Keamanan Laut. Berbeda dengan KRI Arun 903, sayangnya KRI Sorong 911 tidak punya bekal helipad. (Gilang Perdana)
Spesifikasi KRI Sorong 911
Jenis : Kapal tanker
Pembuat : SY Trogir, Yugoslavia
Dimensi : 112,17 x 15,4 x 6,6 meter
Bobot mati : 4.090 ton
Bobot penuh : 8.700 ton
Kapasitas bahan bakar : 3.000 ton
Kapasitas air tawar : 300 ton
Mesin : 1 Deutz diesel, 1 shaft
Kecepatan maksimum : 15 knots
Awak : 110

0 komentar: